loading...
loading...
Ibban bin shaleh menceritakan suatu keheranan atas suatu peristiwa yang dialaminya hari itu. Saat sedng berjalan-jalan disebuah pasar di kota Basrah, ia melihat empat orang laki-laki sedang mengusung jenazah.
“Sungguh aneh, pasar yang begitur hiruk pikuk, penuh sesak manusia, ketika ada yang meninggal mengapa hanya empat orang saja yang mengusung jenazah? Akulah yang harus menjadi orang kelimanya!” batin Abban dengan mantap dan ia pun langsung membantu mengusung jenazah dan berjalan beriringan dengan mereka.
Sesampainya di kuburan, Ibban langsung bertanya’”Siapakah wali jenazah diantara kalian, agar bisa menjadi imam shalat jenazahnya?” Salah satu dari keempat orang itu berkata, “Kami semua sama, tidak ada dari kami yang menjadi wali jenazah itu. Maka silahkan anda maju menjadi imam shalat jenazah!”
Seusai menshalatkan dan kemudian menguburkannya, Ibban bin Shaleh tak kuasa untuk bertanya lagi, ”Mengapa kalian tidak jujur saja menceritakan siapa sebenarnya jenazah ini?” Mereka menjawab,”Tidak seorang pun diantara kami ini mengetahui siapa jenazah ini selain perempuan itu.” Sambil menunjuk seorang perempuan yang berdiri tak jauh dari kuburan. “ ia menyewa kami untuk mengusungnya juga menguburkannya ditempat ini.”
Mendengar jawaban mereka, Ibban sontak melihat ke arah perempuan tadi, yang mulai beranjak mendekati pemakaman, setelah keempat orang tadi berlalu. Perempuan itu datang, lalu duduk di samping kuburan tadi beberapa saat, lalu berdiri sambil tersenyum. Prilaku yang sangat ganjil ini membuat Ibban yang belum meninggalkan areal pemakaman, ia terheran. Ia langsung bertanya pada perempuan itu.
“Demi Allah! suatu pemandangan yang aneh, bukankah kau seharusnya menangis, bukan malah tersenyum?” Perempuan itu menjawab, ”Biarlah, apa urusan anda menanyakan sesuatu yang tidak ada kepentingannya dengan anda?” Perempuan itu malah balik bertanya. Ibban mejadi terkejut dengan jawaban perempuan tadi yang dirasa kurang bersahabat. Dengan rasa penasaran, ia mulai memperkenalkan diri, ”Aku adalah Ibban bin Shaleh, pelayan Anas bin Malik sahabat Nabi Muhammad saw, juga pelayan Rasulullah, tolong katakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi”.
Dengan menghela nafas panjang, perempuan itu lantas bercerita, ”Wahai Ibban, seandainya bukan karena engkau orang kepercayaan sahabat dan Nabi, maka aku tak akan bercerita, jenazah yang tadi anda usung itu adalah anakku!” kemudian ia lanjutkan ceritanya, katanya anaknya adalah orang yang suka menuruti hawa nafsunya. Saat tadi malam sakit parah, anaknya memanggil ibunya dan memberi wasiat.
Yang pertama jika ia meninggal, maka ibunya diminta untuk memberitahukan siapapun diantara tetangganya, ia juga meminta ibunya mengambil cincinnya dan memahatkan tulisan kepadanya, “la illaha Illallah Muhammadur Rasulullah.” Lalu cincin itu diletakkan diantara kulit dan kafannya, ia juga meminta ibunya bila sudah dimasukkan diliang kubur, ibunya diminta meletakkan tangannya pada ikat rambutnya lalu menengadah ke hadirat Allah untuk memohonkan ampun untuknya, sembari berucap, “Illahi hamba telah ridha dengan anak hamba, maka berilah ia ridha-Mu.”
“... dan saat anda ikut memakamkan tadi aku tak berhenti berdoa memohonkan ampun atas dosa dan kesalahan anakku yang selama ini telah durhaka dan selalu melanggar perintah agama, dan setelah saya mendatangi kuburnya dan duduk disamping kuburnya. Percaya atau tidak, saya tadi mendengar suara dari alam kubur yang mengatakan, ”Pergilah ibu, aku telah menghadap Tuhan Yang Maha Pemurah dan Dia telah mengampuniku!”
Sebelum melangkah pergi perempuan itu mengakhiri pembicaraannya dengan senyum tersungging dibibirnya,” Itulah Ibban alasan yang membuatku tersenyum…”
Akhir yang baik, menjadi khusnul khatimah. Seberapa buruk perlakuan manusia didunia, ketika sebelum ajal sempat memohon maaf pada ibunya dan bertobat kepada Allah, maka ia tetap mendapatkan ganjaran yang terbaik. Namun sayang tidak semua orang mendapatkan kesempatan seperti itu.
loading...
Rahasia Senyum Seorang Ibu
4/
5
Oleh
Unknown
5 comments