loading...
loading...
Diriwayatkan secara shahih dari sahabat mulia Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya kepada seorang laki-laki, “Fulan, bagaimana kabarmu pagi hari ini?”
“Aku,” jawab laki-laki yang tak disebut namanya ini, “memuji Allah Ta’ala bersamamu, wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
Mendengar jawaban laki-laki ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Itulah yang kuinginkan darimu.”
***
“Dahulu,” tutur Imam Abdullah bin Mubarak meriwayatkan dari Imam Alqamah bin Martsad mengutip perkataan Abdullah bin Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhuma, “kami biasa bertemu berkali-kali dalam sehari dan saling menanyakan-kabar-masing-masing. Tujuan kami melakukan itu hanyalah untuk memuji Allah Azza wa Jalla.”
Para sahabat Nabi dan generasi tabi’in terbiasa bertemu berkali-kali dalam sehari dan senantiasa menanyakan kabar, hanya agar mereka senantiasa dalam keadaan memuji Allah Ta’ala yang Maha Terpuji.
***
Dikisahkan oleh sahabat mulia Anas bin Malik, dia melihat Umar bin Khaththab mendapatkan salam dari seseorang. Abu Hafshah menjawab salam tersebut, lalu bertanya kepada laki-laki tersebut, “Bagaimana keadaanmu?”
“Saya,” jawab si laki-laki, “memuji Allah Ta’ala bersamamu.”
“Inilah,” tutur Khalifah kedua kaum Muslimin ini, “yang aku inginkan darimu.”
Umar bin Khaththab telah memberikan teladan kepada kita sebagaimana perbuatan yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Inilah di antara makna sunnah, meski ianya terkesan kecil dan sedikit harganya dalam pandangan orang-orang yang tidak berilmu.
***
Saking utamanya memuji Allah Ta’ala ini, sahabat mulia Sa’id bin Jubair mengatakan sebagaimana diriwayatkan dari Habib bin Abi Tsabit, “Orang pertama yang dipanggil untuk masuk surga adalah orang yang senantiasa memuji Allah Ta’ala kapan saja.”
Dalam riwayat lain disebutkan, “(Memuji Allah) baik di kala senang maupun susah.”
Terkait pujian ‘Aku memuji Allah Ta’ala bersamamu (Alhamdullah Ilaika)’, Imam al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi menjelaskan tafsirnya, “Aku memuji Allah Ta’ala bersamamu, atau aku bersyukur bersamamu atas berbagai nikmat-Nya. Sebab huruf ila mangandung makna ma’a(bersama).”
Maka pada suatu ketika, Abdullah bin Umar bin Khaththab bergegas menuju pasar. Ketika ditanya, beliau memberikan keterangan, “Aku tidak punya tujuan selain mengucapkan salam dan diberi salam.”
Maka di sepanjang hari itu, Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada sahabat dan siapa pun yang dia temui, dan tak ada satu orang pun yang mendahului salamnya.
Wallahu a’lam.
loading...
Hikmah Agung di Balik Anjuran Bertanya Kabar yang Jarang Diketahui Kaum Muslimin
4/
5
Oleh
Unknown
3 comments