Ia Bvnuh Anak Kecil dan Tenggelamkan Perahu di Depan Muridnya, Namun Saat Alasannya Terkuak Sungguh Mengejutkan!!

Ia Bvnuh Anak Kecil dan Tenggelamkan Perahu di Depan Muridnya, Namun Saat Alasannya Terkuak Sungguh Mengejutkan!!

loading...
loading...

9Trendingtopic - Nabi Khidir dipercaya masih hidup sampai sekarang, tapi banyak pula yang percaya bahwa beliau telah wafat. Tapi kisah nabi yang diyakini hidup di semua zaman ini tertuang jelas di dalam Al-Quran.

Dalam Surah Al-Kahf ayat 65-82:Kisah Nabi Khidir bermula dari riwayat Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab yang menceritakan bahwa dia mendengar nabi Muhammad bersabda:
“Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya:“Siapakah orang yang paling berilmu?, kemudian Jawab Nabi Musa: “Aku”

Mendengar ini Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya.
“Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.”
Penasaran, Musa pun bertanya:
“Wahai Tuhanku, dimanakah aku dapat menemuinya?”  Allah pun berfirman: “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu.”
Teguran Allah itu membuat keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang saleh tersebut.
Mulailah Nabi Musa melakukan perjalanan, diikuti murid sekaligus pembantunya, Yusya bin Nun.
Setelah melewati perjalanan melelahkan, Nabi tiga dekat batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak
Yusya meletak wadah berisi ikan, namun tiba-tiba saja ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air.

Allah SWT membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya pun tertegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan semula ikan yang telah mati itu.
Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya’ tertidur dan ketika terjaga, dia lupa menceritakannya kepada Musa Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya,
“Nabi Musa berkata kepada Yusya:Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” (Surah Al-Kahfi : 62) ”

Ibnu Abbas berkata:“Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui hamba-Nya yang lebih berilmu itu.” Yusya’ berkata kepada Nabi Musa,

KETIKA IKAN-IKAN ITU HIDUP LAGI DIANTARA PERBATASAN SUNGAI
“Tahukah guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk ke dalam laut itu dengan cara yang amat aneh.” (Surah Al-Kahfi : 63) ”
Sontak Musa ingiat Firman Allah seperti yang dikatakanya kepadanya, bahwa itulah tempat mereka cari. Maka Musa dan muridnya itu kembali ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya.

Dalam surat Al-Khafi 64:
“Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
Riwat Lain mengatakan bahwa ada banyak tempat pertemuan Musa dengan Nabi Khaidir as.
1. Tempat tersebut di Laut Romawi dengan Parsia yakni bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia.
2. Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan itu terletak di antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Namun ada juga yang mengatakan lautan itu yang bernama Ras Muhammad yakni Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah. Maha Besar Allah yang maha mengetahui.

Kembali kepada perjalanan Nabi Musa. Akhir dia bertemu dengan orang yang dia cari, yakni berjubah putih bersih. Nabi Musa as pun mengucapkan salam kepadanya. Nabi Khaidir menjawab salamnya dan bertanya:
“Dari mana datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak mempunyai kesejahteraan?  Siapakah kamu? ujar Nabi Khidir.
Jawab Musa: “Aku adalah Musa.”
Nabi Khaidir as bertanya lagi, “Musa dari Bani Isra’il?” Nabi Musa as menjawab, “Ya. Aku datang menemui tuan supaya tuan mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada tuan.”

Sebut Nabi Musa Tidak Akan Sanggup
Nabi Khaidir as mengatakan sebagaimana dalam surat Al-Khafi:67) “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku.”
Lanjutnya "Sebahagian daripada ilmu karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya.”
Nabi Musa as berkata seperti dalam Al Khafi 69:“Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun.”
Dia (Khaidir) selanjutnya mengingatkan (surat Al Khafi 70): “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu.”

Membunuh Anak Kecil, Menenggelamkan Perahu Orang Miskin
Maka ikut lah Nabi Musa. Mereka kemudian menyingahi beberapa tempat-tempat yang istimewa. Di sinilah batin dan kesabaran Nabi Musi benar-benar diuji.
Dia kaget mendapati Khidir yang dianggapnya berlaku aneh dan membuat dia kaget sehingga tidak bisa berdiam diri saja.
Kejadian pertama yang membuat Musa terkejut, ketika Nabi Khaidir tiba menghancurkan perahu yang ditumpangi. Padahal perahu itu menolong mereka dan milik orang tidak mampu.
Melihat ini, Nabi Musa as tidak kuasa untuk menahan hatinya untuk bertanya kepada Nabi Khaidir as.

Nabi Khaidir as memperingatkan janji Nabi Musa as, dan akhirnya Nabi Musa as meminta maaf karena kalancangannya mengingkari janjinya untuk tidak bertanya terhadap setiap tindakan Nabi Khaidir as.
Ujian pertama Musa sudah hampir tidak lulus, nama Khidir memberikan kesempatan kedua bagi Nabi Musa
Dalam perjalanan di daratan, Nabi Khidir lagi-lagi berlaku tega bahkan menjurus kejam. Dia membunuh seorang anak yang sedang bermain bersama teman-temannya.
Aksi Nabi Khidir ini lagi-lagi membuat Nabi Musa tak kuasa menanyakannya.

Lagi-lagi Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Khidir, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir.
Tentunya kesempatan terakhir ini tidak akan disia-siakan Nabi Khidir.
Ini kesempatan ketiga atau yang terakhir bagi Musa
Mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu wilayah perumahan. Mereka kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar.

Namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa as merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khaidir as malah menyuruh Nabi Musa as untuk bersama-samanya memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak di daerah tersebut.
Nabi Musa as tidak kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khaidir as ini yang membantu memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi mereka.
Nabi Khaidir as menegaskan pada Nabi Musa as bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa as menjadi muridnya dan Nabi Musa as tidak diperkenankan melanjutkan perjalan bersama Nabi Khaidir as.

Lantas Apa yang dijelas Nabi Khaidir as dan Ini lebih membuat Nabi Musa tercengang.
Mengapa Menghancur Perahu Milik Nelayan Miskin?
Menghancurkan perahu yang mereka tumpangi itu, karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin, sementara di daerah yang mereka tuju tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu miliki rakyatnya.

Mengapa Membunuh Anak Kecil?
Nabi Khaidir as menjelaskan bahwa beliau membunuh seorang anak karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur.
Kematian anak ini digantikan dengan anak yang sholeh dan lebih mengasihi kedua bapak-ibunya hingga ke anak cucunya. Maka Nabi Musa pun lebih terkejut lagi karena tahu akan masa depan.
Memperbaiki Dindang Rumah

Rumah yang dinding diperbaiki itu milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota itu. Karena tersimpan harta benda yang ditujukan untuk mereka berdua.
Orang tua kedua kakak beradik ini sudah meninggal dunia dan merupakan seorang yang sholeh. Jika tembok rumah itu runtuh, maka dipastikan bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu yang sebagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua kakak beradik itu masih kecil untuk mengelola peninggalan harta ayahnya.
Banyak riwayat mengatakan, bahwa kejadian itu berlangsung di negeri Antakya, Turki.
Nabi Musa as pun sadar hikmah dari setiap perbuatan yang telah dikerjakan Nabi Khaidir as.
Dia pun merasa bersyukur karena telah dipertemukan oleh Allah dengan seorang hamba Allah yang sholeh yang dapat mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat dituntut atau dipelajari yang dipercaya merupakan ilmu ladunni.

KESAKSIAN ORANG YANG PERNAH BERTEMU DENGAN NABI KHIDIR AS
Hingga sekarang tidak ada yang tahu pasti siapa sebenarnya Khidir. Sosok manusia suci ini masih menjadi perdebatan, dia seorang Nabi atau Waliyullah. Tetapi mengapa Allah SWT menyuruh Nabi Musa AS untuk berguru kepadanya. Dan mengapa juga Allah SWT memerintah Khidir untuk berguru kepada Abu Hanifah. Bahkan ada suatu legenda menarik dalam kalangan masyarakat Jawa, bahwa Lakon Wayang Dewa Ruci tak lain adalah pertemuan antara Sunan Kalijaga dengan Nabi Khidir di tengah samudera. Konon Khidir masih hidup hingga akhir zaman nanti.

Dinamakan khidir (hijau) karena dimana dia berada maka tempat disekitarnya menjadi hijau. (Ibnu Asakir dari Mujahid). Dan apabila khidir duduk diatas jerami yang sudah kering, maka jerami itu akan berubah menjadi hijau kembali. (HR. Imam Bukhari). Khidir adalah nama seorang anak cucu Adam AS yang taat beribadah kepada Allah SWT dan ditangguhkan ajalnya. (Riwayat Ibnu Abbas).
Berikut ini akan kami ketengahkan beberapa kesaksian orang-orang yang pernah bertemu dengan Nabi Khidir AS, dan kami sarikan dari beberapa sumber terpilih:

Rasulullah SAW
Ketika Rasulullah SAW sedang berada di dalam masjid, beliau mendengar orang berkata: “Ya Allah SWT, tolonglah aku atas apa yang bisa menyelamatkan aku dari apa yang paling aku takuti.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Mengapa orang itu tidak menyertakan pasangan do’anya ini; Ya Allah SWT, berilah kepadaku kerinduan orang-orang shaleh yang paling mereka rindukan.”
Kemudian Rasulullah SAW menyuruh sahabat Anas untuk mengatakan apa yang dikatakan itu kepada orang tersebut.

Setelah Anas menyampaikan kepadanya, orang itu berkata: “Ya Anas, katakan kepada Rasulullah SAW bahwa Allah SWT telah memberi kelebihan karunia kepadanya diatas para Nabi seperti kelebihan kepada umatnya diatas umat para Nabi, seperti kelebihan bulan Ramadhan atas bulan-bulan lainnya, dan memberi kelebihan hari Jum’at atas hari-hari yang lainnya.
Lalu orang itu berdo’a: “Ya Allah SWT, jadikanlah aku termasuk golongan umat yang dimuliakan ini.”
Orang tersebut adalah Khidir, kata Anas.

sumber: palembang.tribunnews.com
loading...

ADS

Ia Bvnuh Anak Kecil dan Tenggelamkan Perahu di Depan Muridnya, Namun Saat Alasannya Terkuak Sungguh Mengejutkan!!
4/ 5
Oleh

loading...